Jumat, 18 Februari 2011

obsesi sebagai presiden

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar didunia. Setiap tahunnya jumlah penduduk bertambah kelipatan dari tahun sebelumnya.Jumlah penduduk yang semakin meningkat dan padat membawa banyak pengaruh buruk bagi Negara. Terbatasnya lapangan kerja membuat persaingan semakin berat. Sehingga banyak orang yang tidak mendapatkan pekerjaan dan menjadi pengangguran. Hal ini berdampak buruk pada perekonomian negara terlebih pada kesejahteraan rakyat. Sempitnya lapangan kerja masa kini kian meningkat, hal ini menyebabkan angka pengangguran dan kemiskinan kian melambung tinggi. Meningkatnya penduduk miskin yang kelaparan menyebabkan angka kesakitan di Indonesia meningkat. peluang orang untuk berbuat jahat pun meningkat. Dampak buruk lainnya bisa kita lihat sendiri sehari-hari kemacetan dimana-mana disebabkan jumlah penduduk yang semakin padat. Melihat keadaan tersebut, tidak banyak yang dilakukan oleh pemerintah. Bahkan tidak ada perubahan yang bisa saya lihat dan rasakan dari pemerintah selama ini. Pemerintah hanya berusaha membela diri dengan mengatakan angka kemiskinan semakin menurun tetapi tidak menyebutkan penyebab menurunnya angka kemiskinan adalah karena banyak dari mereka yang telah meninggal.
Hal tersebut membuat saya merasa geram. Ingin bertindak tetapi tidak bisa berbuat apa-apa. Maka munculah dalam benak saya untuk menjadi pemimpin di Negara ini, menjadi seorang presiden adalah keinginan saya. Tujuannya hanya satu, mensejahterakan rakyat dan Negara. Membebaskan Negara dari hutang, membebaskan rakyat dari kemiskinan misalnya mengurangi peningkatan jumlah penduduk dengan menekan angka kelahiran. Memberikan pengawasan ketat pada dana subsidi khususnya untuk rakyat miskin agar tidak salah sasaran. Dan masih banyak lagi masalah-masalah yang ingin dan akan saya perbaiki, jika saya menjadi presiden.
Hanya ini curahan hati yang bisa saya utarakan melihat kondisi pemerintahan di Negara ini yang semakin kacau. Bagi para pembaca yang kurang berkenan dengan opini ini, saya selaku penulis memohon maaf.
Terima kasih.

Salam Hangat,
Penulis
Prasta Eltanin