Rabu, 04 Januari 2012

Indonesia Darurat Mafia Narkoba

Persoalan narkoba di Indonesia, nampaknya sudah semakin darurat. Beberapa pihak mensinyalir negara ini tidak lagi sekedar sebagai tempat transit perdagangan barang-barang haram tersebut, tetapi sudah sebagai produsen dan tujuan.
Dari data hasil penelitian yang pernah dikemukakan Badan Narkotika Nasional dan Universitas Indonesia, pada 2008, menunjukan adanya perputaran uang yang fantastik untuk narkoba. Tiap tahun, angkanya mencapai sekitar 23 triliun rupiah itu baru yang di pertemukan atau resmi terdata.
Dlam lima tahun terakhir, menurut beberapa pernyataan BNN, jumlah pemakai narkoba di Indonesia di perkirakan telah mencapai 1,5-2,5 persen dari jumlah penduduk. Hal ini berarti sampai awal tahun ini sekitar 3-6 juta penduduk Indonesia sudah menjadi korban narkoba.
Dari sisi peredaran dan kategori pemakainya, perkrmanganya juga tidak dapat di pandang remeh. Berdasarkan temuan-temuan pihak kepolisian dan pihak-pihak lain yang memiliki perhatian terhadap masalah narkoba fakta dilapangan menunjukan bahwa peredaran dan pemakaian di negara ini sudah begitu meluas.
Tempat-tempat transaksi perdagangan, merambah melalui hotel, diskotik, mall, komplek-komplek perumahan, jalanan, bhkan di sel-sel tahanan. Wilayah peredarannya, meliputi kota-kota besar sampai kota kecamatan. Sementara, para penggunanya suda semua lapisan masyarakat, baik dari segi usia maupun status ekonomi.
Pengamat intelijen, AC Manulang secara tgas menyataka bahwa berlangsungnya kondisi tersebut tidak semata kepentingan ekonomi atau bisnis, tapi sudah di desain. Mantan salah satu direktur BAKIN ini melihat adanya kesamaan perdaganga narkoba denagn operasi intelijen.
Di tiga negara (dari sekitar 13 negara) yang saat ini dikenal sebagai negara produsen narkoba, Mexico, Peru dan Colombia, di kenal adanya “politik narkoba”. Uang hasil transaksi narkoba mendukung kegiatan politik.
Sebuah data menyebutkan, para bandar narkoba berperan besar dalam pemilu legislatif dan pilpres di Peru pada tahun 2011. Beberapa calon anggota legislatif dan calon presiden, Keyko Fujimori di sebutkan mendapatkan sumbangan finansial yang besar dari bisnis narkoba.
Di indonesia, penyelundupan-penyelundupan dalam sekala besar, tidak jarang berhasil di ungakap oleh aparat baik di pelabuhan maupun bandara. Tempat produksi atau pabrik narkoba di berbagai daerah, juga banyak dibongkar keberadaannya.
Bandar-bandar narkoba memang tidak pernah akan rela, bisnis besarnya berhenti. “pemerintahan banyangan” kata Umar Abduh, juga mereka di perlukan di indonesia. Dan kepentinagan politik atau kekuasaan, faktanya juga membutukan dana yang besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar